Filosofi Nasi Tumpeng dan Sejarahnya yang Harus Diketahui
Ada cerita dibalik bentuk dan hiasan nasi tumpeng yang unik
Tumpeng adalah makanan khas tradisional dari Indonesia yang biasanya dibuat hanya pada momen-momen penting atau momen tertentu seperti, peringatan hari kemerdekaan, syukuran hari lahir, dan beberapa momen lainnya. Tumpeng identik dengan nasi kuning berbentuk kerucut yang dihiasi dengan berbagai lauk di sekelilingnya.
Tapi, tahukah kamu kalau ada filosofi nasi tumpeng dan sejarah yang melatar belakangi pembuatan nasi tumpeng di Indonesia. Bentuk dan hiasan nasi tumpeng ternyata tidak dibuat semata-mata hanya untuk meningkatkan nilai estetika saja, lho. Namun ada makna dan sejarah yang mendalam yang perlu kamu ketahui. Kalau kamu sudah mulai penasaran, yuk langsung kita bahas saja di sini.
Filosofi Nasi Tumpeng
Jika dilihat secara umum, filosofi nasi tumpeng merupakan perwujudan dari nilai-nilai toleransi, keikhlasan, kebesaran jiwa, dan kekaguman kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kebesarannya. Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia menjunjung tinggi nilai toleransi terhadap perbedaan ras, suku, agama, dan lainnya.
Bentuk kerucut yang menjulang tinggi ke atas memiliki makna tentang keagungan Tuhan yang luar biasa, dengan lauk pauk yang mengelilinginya melambangkan ekosistem kehidupan di alam dunia ini. Warna kuning dipilih menjadi warna nasi yang sudah menjadi ikon tumpeng ini melambangkan kekayaan dan berisikan banyak pesan moral yang luhur. Sedangkan pada nasi tumpeng yang terkadang berwarna putih polos melambangkan kesucian.
Lauk pauk yang mengelilingi tumpeng yang menjadi lambang ekosistem kehidupan juga memiliki maknanya masing-masing. Seperti halnya daging ayam memiliki lambang bahwa kita sebagai manusia harus patuh kepada Tuhan.
Selain itu, ikan asin teri melambangkan sekaligus mengingatkan bahwa dalam hidup kita harus bergotong royong, serta telur rebus yang menggambarkan kebulatan tekad.
Jadi, sekarang Sobat Yummy sudah paham, kan, kalau filosofi nasi tumpeng memang benar adanya, dan harus kita dalami mulai saat ini. Karena itulah kita harus mau untuk mencari tahu setiap makna dari sebuah makanan, barang, dan hal-hal lainnya, supaya tidak salah dalam memaknai sesuatunya.
Karena sudah tahu tentang filosofi nasi tumpeng, mari beralih untuk mengetahui bagaimana asal muasal nasi tumpeng bisa hadir menjadi makanan khas tradisional di Indonesia.
Sejarah Nasi Tumpeng
Nasi tumpeng dikatakan sudah ada sejak zaman dahulu kala dikarenakan Indonesia merupakan negara yang dikelilingi oleh gunung berapi. Adanya nasi tumpeng ini dimaksudkan untuk memuliakan arwah para leluhur yang dipercaya tinggal di gunung.
Konon katanya, bentuk kerucut tumpeng terinspirasi dari bentuk Gunung Mahameru yang berlokasi di Jawa Timur. Dahulu gunung Mahameru dipercaya sebagai tempat tinggal dewa-dewi, sehingga gunung di Jawa Timur ini dianggap suci.
Kepercayaan dewa-dewi tersebut ada ketika agama Hindu sedang marak penyebarannya di Indonesia. Namun saat agama Islam sudah mulai masuk ke daerah-daerah di Indonesia, makna tumpeng yang tadinya untuk memuja gunung berubah menjadi lambang rasa syukur manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Semenjak itu, penyajian nasi tumpeng dilakukan setiap ada pengajian-pengajian yang dilakukan oleh umat muslim.
Nasi tumpeng memiliki latar belakang yang cukup panjang dari dahulu hingga masa kini. Penyajian nasi tumpeng masih terus dilakukan, sehingga nasi tumpeng sendiri disebut sebagai makanan tradisional karena turun-temurun dari generasi terdahulu. Seperti yang sudah disinggung di awal, kini nasi tumpeng disajikan untuk berbagai momen penting yang diperingati oleh banyak masyarakat di Indonesia.
Sudah terjawab, kan, Sobat Yummy, filosofi nasi tumpeng beserta sejarahnya yang luar biasa. Ternyata cara penyajian nasi tumpeng yang dilakukan dengan menaruh lauk pauk di sekeliling nasi kuning berbentuk kerucut memiliki arti tersendiri, ya. Tertarik buat nasi tumpeng?