Sejarah Rendang: Asal Muasal Makanan Khas Sumatera Barat
Rendang punya latar belakang yang menarik
Siapa yang tidak kenal dengan rendang yang merupakan makanan asal Padang, Sumatera Barat. Lauk yang sering kali dimakan bersama dengan nasi hangat, sambal ijo,dan lalapan ini rasanya memang sangat juara. Tak hanya terkenal di Sumatera Barat, rendang juga disukai oleh banyak orang dari berbagai daerah di Indonesia lainnya.
Tapi apakah kamu sudah tahu tentang bagaimana sejarah rendang bisa hadir hingga akhirnya menjadi makanan favorit bagi banyak orang? Nah, jangan hanya tahu tentang kelezatan rendang saja, mari coba ketahui juga tentang sejarah rendang di Sumatera Barat.
Asal usul dan sejarah rendang
Rendang dikatakan hadir karena pengaruh dari orang-orang India yang datang dan menetap di daerah Minang pada abad ke-14. Kedatangan India ke Minang tersebut bertujuan untuk melakukan kontrak perdagangan, yang pada akhirnya mengenalkan berbagai bumbu rempah-rempah kepada masyarakat Minang.
Pendapat tersebut muncul karena orang Minang menggunakan santan kelapa untuk membuat kuah rendang menjadi kental, seperti yang dilakukan orang India untuk mengentalkan kuah kari khasnya.
Pada awalnya, rendang merupakan makanan yang tidak mudah untuk dimakan kapan saja dan oleh siapa saja karena pada saat itu rendang diklaim sebagai makanan yang disediakan untuk kasta tertinggi. Penyajian rendang juga terbatas dan hanya disediakan ketika ada acara penting seperti pernikahan, acara adat, ataupun makan bajamba.
Penyebaran rendang juga mulai terjadi saat orang Minang sering melakukan perantauan dan membawa rendang sebagai bekal. Akhirnya rendang dikenal di berbagai daerah Sumatera, hingga ke luar Sumatera.
Rendang menjadi salah satu makanan yang bisa bertahan lama, karena itulah orang Minang dulu menjadikannya bekal untuk dibawa merantau.
Filosofi rendang
Rendang yang menjadi makanan kebanggan orang Minangkabau ini mempunyai filosofi yang mendalam. Rendang melambangkan kesabaran, ketekunan, dan juga kebijaksanaan masyarakat Minang.
Filosofi tersebut diperoleh dari proses memasak rendang yang memerlukan kesabaran lebih karena membutuhkan waktu yang cukup lama. Mengaduk kuah santan hingga berubah menjadi kental juga tentu membutuhkan ketekunan, dan mengatur seberapa besar api yang dibutuhkan saat proses memasak juga memerlukan sifat kebijaksanaan.
Bukan hanya dalam proses memasaknya saja, filosofi rendang juga dapat diartikan pada setiap bahan-bahan yang digunakan. Bagi masyarakat Minang, daging kerbau yang digunakan sebagai bahan utama pada rendang menggambarkan niniak mamak dan bundo kanduang sebagai orang yang dituakan, dapat memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi generasi muda.
Selanjutnya rempah-rempah menggambarkan kaum intelektual atau yang dikenal dengan sebutan cadiak pandai di Minang. Kaum intelektual tersebut akan berperan dalam menyatukan antarindividu dan antarkelompok di Minang.
Setelah itu ada cabai atau lado yang menggambarkan para ulama yang menyebarkan agama dengan tegas dan memiliki kemampuan untuk membuat masyarakat paham akan agama dengan cara yang baik.
Bumbu-bumbu rempah yang digunakan dalam pembuatan rendang menggambarkan persatuan seluruh individu di Minang untuk kemajuan kehidupan sosial. Setiap individu memiliki perannya masing-masing dalam kehidupan bersosial untuk memajukan kelompoknya.
Selesai sudah penjelasan mengenai sejarah rendang dan filosofinya yang ternyata sangat mendalam sekali, ya, Sobat Yummy. Semoga dengan mengetahui filosofinya, kamu jadi tambah suka dengan makanan rendang dan mendalami 3 sikap yang diajarkan dari rendang yaitu kesabaran, ketekunan, serta kebijaksanaan. Tiga sikap tersebut harus kamu miliki dalam menjalani hidup di dunia!
Baca Juga: Resep Rendang Padang Enak, Empuk dan Otentik, Dijamin Jadi Favorit!